Selasa, 27 Juli 2010

buaya itu lambang setia


Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya. Biasanya roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan. Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga.

Dari sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib.

Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk sehidup-semati. Asal muasal adanya roti buaya ini, konon terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.

Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa hidup mapan.

Karenanya, tak heran jika setiap kali prosesi pernikahan, mempelai laki-laki selalu membawa sepasang roti buaya berukuran besar, dan satu roti buaya berukuran kecil yang diletakkan di atas roti buaya yang disimbolkan sebagai buaya perempuan.
Ini mencerminkan kesetian mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sampai beranak-cucu. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.

Menurut Haji Ilyas, salah satu tokoh Betawi di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, meski saat ini banyak warga Betawi yang merayakan pernikahan secara modern, tapi mereka masih memakai roti buaya sebagai simbol kesetiaan.

Karena roti buaya sudah membudaya bagi warga Betawi. "Adat kite itu kagak ilang. Masih banyak nyang pake. Kite ambil contoh di kawasan Condet, Palmerah sampe ke Bekasi, malahan sampe Tangerang," kata pria yang sering disapa Haji ini seperti dikutip situs resmi Pemerintah DKI.

Sayangnya, saat ini roti buaya tidak mudah dijumpai di toko-toko roti. Untuk itu, bagi pasangan yang akan menikah harus pesan dulu ke tukang roti.

Dan harganya juga bervariasi tergantung ukuran yang dipesan, yakni mulai dari 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Itu sudah termasuk rasa roti, keranjang, dan asesoris pelengkapnya.

"Roti buaya adalah kue perayaan, jadi nggak setiap hari ada. Kalau mau beli harus pesan dulu," kata Ari, salah satu pedagang kue di Pasar Senen.

Sejatinya, bagi warga yang sudah terbiasa membuat roti, tidak terlalu sulit membuat roti buaya ini.

Sebab, bahan dasarnya sangat sederhana, yakni terigu, gula pasir, margarine, garam, ragi, susu bubuk, telur dan bahan pewarna.

Keseluruhan bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga rata dan halus, kemudian dibentuk menyerupai buaya. Setelah bentuk kemudian dioven/panggang hingga matang.
Bahan :
250 gram daging kerbau, potong kotak
600 ml santan dari 1/2 butir kelapa
1 lembar daun salam
2 cm lengkuas, dimemarkan
1 tangkai serai, dimemarkan
600 gram nasi
2 sendok makan minyak untuk menumis
Bumbu Halus:
8 butir bawang merah
4 siung bawang putih
2 buah cabai merah
1 cm kencur
1 buah kluwek diambil isinya
1/4 sendok teh jintan
1/4 sendok teh ketumbar
1/2 sendok teh merica
1 senodk teh garam

Cara Membuat :
Tumis bumbu halus, daun salam, serai, dan lengkuas hingga harum.
Masukkan daging lalu aduk hingga berubah warna.
Tuang santan dan masak dengan api kecil sampai daging lunak dan kuah agak mengental.
Sajikan dengan nasi putih hangat.
Untuk 3 porsi


Ini masakan khas semarang. Aslinya cuma isi daging saja, kadang pakai urat sapi (di sebut koyor). tapi orang2 sering menambahkan buncis. Sementara aku lebih senang pakai jagung muda ketimbang buncis. di makan panas2, dengan teman kerupuk kampung atau kerupuk aci yang bulat putih, enak di makan di segala cuaca.

Ingredients:
5 Butir bawang merah iris tipis
4 siung bawang putih iris tipis
3 cabe hijau iris 1 cm
3 cabe merah besar iris 1 cm
sepotong lengkuas
2 lb daun salam
10 buah belimbing wuluh (kalau nggak ada pakai tomat hijau)
1 sdm asam jawa, di remas2 dengan 100 ml air
1/2 sdm garam
4 sdm gula jawa serut
4 sm kecap manis
500 gr daging sengkel rebus, potong 1X2X1 cm
200 gr jagung muda potong 2 cm (optional, bisa di ganti buncis yang dipotong 3 cm)
2000 cc kaldu (bekas rebusan daging yang sudah di saring)


Directions:
- Tumis bawang merah, bawang putih, lengkuas dan daun salam dengan sedikit minya.
- Setelah harum, masukkan cabe, potongan daging dan belimbing wuluh, air asem, garam, kecap manis, aduk2 sebentar masukkan dalam kaldu sapi, tambahkan gula jawa.
- Rebus sampai bumbu meresap dan daging empuk, masukkan jagung muda/buncis, masak sampai matang.

Catatan:
- Gunakan panci presto untuk merebus daging agar mempersingkat waktu. Untuk merebus daging, cukup 10-12 menit sejak mendesis.
- Lebih enak kalau masak ini sehari sebelumnya, karena lebih meresap. masukkan buncis/jagung menjelang di makan saja supaya tidak lembek.
- Bagi yang suka pedas, bisa ditambahkan segenggam cabe rawit utuh saat memasaknya.

Reseep asem-asem ini andalan keluarga besar saya, kalau pas pung ke bojonegoro kita masak rame2. Biasanya yang dipakai daging kisi disamping tidak terlalu berserat anak2 juga senang.
Bahan yang dibutuhkan
*1/2 Kg daging kisi
*air secukupnya
*2 buah tomat ikuran sedang
*3 buah cabe merah besar
*5 siung bawabg putih
*5 buah bawang merah
*1 ruas jempol asam jawa
*1 ruas jempol laos
*2 iris besar tempe
*1/2 sendak teah terasi
*1 sendok makan gula pasir
*garam secukupnya.
*10 cabe rawit (ini kalau senang pedas)
Cara Membuat :
*Rebus daging sampai empuk dan sisakan 1 liter kaldu untuk kuah, daging dipotong keci dadu.
*Tomat,cabe merah besar, bawang putih, bawang merah diiris halus.
*Kalau daging sudah empuk sama2 dengan bumbu yang sudah diiris dan bumbu lainnya dimasak bersama kaldu dan daging sampai mendidih. Kalau sudah terasa pas angkat dan sajikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar